Jing Zhu Zhu itibaren Tayvan, 嘉義市東區荖藤里
“Memberi maaf bukan berarti melupakan, tapi menjadi obat yang ampuh untuk menyembuhkan luka hati.” Kalimat itu pernah diucapkan oleh seorang teman saya. Baiklah ... mudah diucapkan, tapi sulit dilakukan. Ketika kekasih anda berselingkuh, apakah anda akan memaafkan dan menerima dia kembali? Atau memaafkan tapi kemudian mencari yang lain? Bagaimana jika yang berselingkuh itu suami/istri anda? Apakah pintu maaf anda akan terbuka? Amira dan Rayhan sempat membangun rumah tangga yang kemudian berantakan akibat perselingkuhan. Perceraian adalah jalan yang mereka pilih. Beberapa tahun kemudian, mereka bertemu dalam keadaan yang berbeda. Tapi … sama-sama available. Apa boleh kita punya …,” suara Amira pelan dan ragu di dada bidang itu,” … harapan, Ray?” Rayhan meletakkan dagunya di puncak kepala Amira. “Boleh. Kenapa nggak?” “Walaupun kelihatannya nggak mungkin?” Amira berkata sedih. “Kenapa nggak mungkin?” Rayhan mempererat pelukannya. Hal 185 Apakah rasa cinta di masa lalu mampu menyatukan mereka kembali? Apakah pengapunan itu akan hadir di antara mereka? Apakah harapan itu masih ada? Jujur … saya harus mengatakan ini bukan jenis cerita yang bisa memuaskan selera saya. Novel ini terlalu manis untuk saya. Cukup mudah ditebak ke mana arahnya. Konfliknya juga kurang menggugah emosi saya. Seandainya Sefryana - seperti yang dia ceritakan saat siaran - melanjutkan ide awalnya dengan tokoh utama yang lebih berumur, dengan anak yang sudah dewasa. Saya yakin konfliknya akan jauh lebih menarik. Konflik suami-istri, dan konflik anak yang diperhadapkan pada perceraian orangtuanya. Dua bintang. Yang justru saya sukai dari novel ini adalah cara bercerita penulisnya. Seingat saya, tidak ada narasi 'berbunga-bunga’ yang tidak penting. Langsung ke inti cerita. Fokus! Begitu kata Sefryana. Tambah setengah bintang. Hanya saja, saya tidak menemukan gambaran seperti apa masa pacaran kedua tokoh utamanya. Apakah mereka berdua sudah cukup saling mengenal sehingga berani memutuskan menikah? Apakah hanya karena nafsu semata? Itu yang membuat saya bertanya-tanya kenapa Rayhan merasa “tidak nyambung” dengan Amira setelah menjalani pernikahan. Novel ini menjadi salah satu buku baca bareng GRI di bulan Februari 2011, kemudian dipilih menjadi novel yang dibahas dalam siaran GRI edisi Maret 2011. Jadi, saya cukup memperhatikan detailnya. Saya lumayan kecewa dengan suntingannya yang kurang rapi. Saya menemukan cukup banyak ‘typo’. Contohnya, di halaman 90 - “Karena kemarin Anda masih rapat, saya minta minta Karmin meletakkannya di meja Anda.” Kemudian di halaman 157 - “…mendengarkan penjelesan pemandu.” Ada juga di halaman 234 - “Kamu mau dengar alasanku?” Tubuh perempuan memaku. Mungkin maksudnya “tubuh perempuan itu memaku”. Atau mungkin lebih tepatnya “Tubuh perempuan itu terpaku.” Dan di beberapa halaman lainnya. Hal mengganggu lainnya yang juga terlepas dari pantauan tim penyuntingnya ada di halaman 141: “Aku jadi ingat waktu kita terpaksa makan di sini karena hujan. Padahal, kita baru makan sate ayam,” ujar Rayhan dengan pandangan menerawang.” … “Hmm… Itu waktu kita ke sini mendadak, ya? Kamu datang ke tempat bimbel pas aku lagi ngajar, terus kamu …” Dialog di atas berlangsung di Yogyakarta. Yang artinya, kata “di sini” merujuk ke Yogyakarta. Padahal, Rayhan dan Amira itu bertemu dan berpacaran di Jakarta. Amira juga mengajar bimbel di Jakarta. Kemudian, satu paragraf di halaman 218 benar-benar sama dengan paragraf di halaman 219. Kesalahan seperti ini terjadi lagi di halaman 235. Kurangi satu bintang. Namun, ketika hal itu saya tanyakan, Sefryana tersenyum sambil mengatakan kalau itu adalah kesalahannya. Dia mempersalahkan dirinya, meski saya tahu siapa seharusnya yang harus bertanggungjawab. Kasih satu bintang.
Book 6 in the Night Huntress series I really enjoyed this story, which is refreshing since I was disappointed in the previous two. Although, I feel there is no new/more details/plot with the love between Cat and Bones. I feel this series is now about the bad guys and what they do together to fight them. I wish Ms. Frost hadn’t had Cat and Bones get together so early in the series, it feels a little anti-climactic. As we assumed from the end of the last book, Don (Cat’s uncle) is now a ghost. And the secret government organization that she used to work for has a new boss that replaces her friend Tate- he’s a real jerk of a guy called Madigan (Don and Madigan apparently hated each other). Nothing really comes to light as to what Madigan is up to or why he is now Tate’s boss. I’m assuming this is set up for the next book(s). The real plot lies with a former Inquisitor (witch hunter who wrote Malleus Maleficarum, Hammer of the Witches) called Heinrich Kramer who is now a ghost, but is able to take physical form on Halloween in order to rape, torture, and burn three women. Fabian’s friend Elisabeth was a victim of Kramer’s before she died and turned ghost herself. Elisabeth has made it her mission to try to kill Kramer. Now that she has befriended Fabian and his friends are the powerful Cat and Bones, she is hoping her goal gets fulfilled. But how do you kill a ghost?