Lars Schulze Schulze itibaren Elbląg
Seingat saya, cerita ini pernah dimuat dalam harian Sinar Harapan, sebelum harian tersebut dibredel. Diterbitkan secara bersambung, setiap hari senin sampai jumat. Mengapa saya ingat? karena cerita silat ini begitu membekas di hati saya. Saya masih teringat dengan nama angker jurus Garudamuka Prasidha, yang jadi andalan sang tokoh Wisang Geni, adegan pertandingan antara para pendekar Tanah Jawa dan Cina di perguruan Mahameru, tenaga dahsyat Lalawa, dan beberapa detil-detil kecil lainnya. Cerita silat ini begitu mempesona saya waktu saya kecil. Namun, setelah selang waktu duapuluh tahun lebih kemudian, ternyata saya menemukan diri saya agak kecewa dengan cerita ini. Setelah membaca banyak buku cerita silat, terutama dari karya Chin Yung, saya mendapati bahwa ternyata begitu banyak dari bagian cerita ini yang meniru beberapa setting dari karya Chin Yung, terutama sekali yang berjudul "Pedang Langit Golok Naga" atau I Thian To Liong. Jadi jangan heran jika para pembaca akan menemukan bahwa sang tokoh Wisang Geni, seperti halnya Tio Bu Kie di kisah I Thian To Liong, juga jatuh ke lembah tak dikenal dan secara tak sengaja berjodoh untuk mempelajari ilmu tenaga dalam nan sakti. Hanya saja di I Thian To Liong, tenaga itu di sebut Kioe Yang Sin Kang, kalau dalam buku ini disebut Tenaga Lalawa, lengkap dengan persamaan di kolam dingin dan kera-kera penolongnya. Masih ada beberapa unsur kesamaan yang akan pembaca temukan dengan sendirinya, apabila pembaca pernah membaca karya Chin Yung yang dimaksud. Tokoh dalam cerita silat ini juga terasa tidak mempunyai penekanan karakter yang kuat. Cerita hanya bergulir seiring dengan urutan kejadian yang mengalir, tanpa terlebih jauh memperkenalkan, kepada pembaca, tabiat-tabiat karakter yang terlibat di dalamnya. Jalannya cerita agak mudah ditebak. Terlepas dari kekecewaan yang saya alami, bolehlah kalau dibilang, buku ini cukup mengobati rasa rindu akan cerita silat khas Indonesia.